Pages

Kamis, 21 Agustus 2014

Kala Itu

Lagu Bang Iwan mengalun lembut, Air Mata. ...jadikan telaga, agar tak usang mimpi panjang itu...begitu penggalan liriknya. Sejenak pikiranku menerawang ke peristiwa beberapa tahun lalu.

Adalah seorang kawan baik sewaktu mondok di ibu kota Banten yang saat itu menjadi teman seiring sejalan. Ia tinggal di daerah Ciputat. Sekolah menengah atas kami berbeda.


Seringkali kami melakukan perjalanan dengan menumpang kereta api dari Serang sampai Pondok Ranji. Dan pengalaman yang selalu mengasyikan adalah ketika menumpang kereta pengangkut batubara.

Duduk di sambungan gerbong, berbahaya memang. Tapi, itulah jiwa anak muda yang selalu suka akan tantangan. Dari kereta ini, langit begitu jelas terlihat karena tidak beratap. Sungai-sungai di bawah jembatan terasa dalam sekali berada di bawah kaki. Sawah-sawah yang dilalui tampak hijau sepanjang mata.
Yang jelas, ketika tiba di tempat tujuan, muka kami agak hitam. Maklum duduk di luar, kereta batubara pula.

Pernah juga melakukan perjalanan seperti itu untuk menonton konser Iwan Fals di Parkir Timur Senayan. Suasana ibu kota terasa sekali bagiku sebagai anak daerah. Suasananya cukup mengasyikan walau bentrokan kerap terjadi selama konser.

Sampai akhirnya masa SMA itu berlalu. Temanku kembali ke ibukota langsung bekerja, sementara aku meneruskan kuliah di kota kembang. Beberapa kali sempat bermain juga ke Ciputat walau tidak sesering dulu.

Matahari, bulan dan bintang, lagu itu mengalun pelan. Apa kabar kawan, semoga kau baik-baik saja.*

0 komentar:

Posting Komentar

 

Blog Archive

Blogroll

# Happy people is not a great man in every way, but one that can find simple things in life and give thanks diligent.
# Life is a game with obstacles encountered and when there is a chance, we have to seize it.

About