Pages

Senin, 27 Oktober 2014

Menulis Lagi

Masalah besar bagiku adalah ketika mood menulis tiba-tiba pergi entah kemana. Rasanya sulit sekali menemukannya kembali.

Sampai ia benar-benar datang menghampiriku kembali sambil menepuk pundakku. "Menulis lagi, yuk!" katanya dengan mimik tanpa dosa telah mencampakkanku begitu saja.

Ah...aku tidak ingin menyia-nyiakannya. Menghapus minggu-minggu dalam kebuntuan yang 'Ngga banget.

"Ayo!," jawabku mantap. "Tapi, aku ingin dengerin someone like you-nya Adele dulu ya." (*)

Jumat, 26 September 2014

IGD dan Tadzkiroh

Masuk perawatan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) memang terkesan seram. Kata gawat darurat yang tersemat di nama ruangan ini sebagai penyebabnya. Ruangan ini dipersiapkan untuk memberikan pertolongan pertama secepat-cepatnya.

Namun, pasien yang masuk ke ruangan ini ternyata tidak melulu dalam kondisi gawat. Seperti sore di awal September, aku berkunjung untuk memeriksakan hasil ekstraksi kuku jempol kaki kiri dan kanan karena cantengan di salah satu rumah sakit besar di kotaku.

Imam dan Khotib Jumat

Bukan aku bermaksud untuk membandingkan. Bukan pula merasa diri paling baik. Tapi ini semua hanya sekedar mencurahkan kegelisahan saja.

Begini ceritanya. Setiap sholat Jumat di gedung tempat kantorku berada, pada saat khotib naik mimbar selalu menjadi perhatianku. Siapakah gerangan hari itu yang bertugas menjadi khotib dan imam.

Rabu, 03 September 2014

Oh, Tidak!

Tidak jelas rasanya, antara dongkol dan bete. Kejadian ini sungguh menjadi noda selama karier juru potretku. Pak Dahlan tidak muncul di note-ku.

Ceritanya, dalam salah satu ajang awarding untuk para marketer perusahaan negara di salah satu hotel di bilangan Kuningan. Aku mendampingi salah satu penggede perusahaan untuk menerima award. Ndilalahnya kamera yang biasa dipakai sedang dipinjam untuk tugas liputan yang lain. Untunglah masih ada back up kamera dari salah satu tim redaksi yang lain berikut orangnya. Jadilah aku berbekal Note 10.1 karena HTC dalam kondisi lowbat.

Rabu, 27 Agustus 2014

Dari Kapal Fery ke Kapal Perang


Tidak terbayang sebelumnya hal ini menjadi kenyataan.   Pengalaman kelas dua SMP dengan kawan bernama Saepudin berulang lagi, tapi dengan rasa berbeda.   Dulu, sewaktu kami masih berseragam putih biru dengan celana pendek khas SMP.   Sama-sama punya mimpi waktu kecil untuk menjelajahi  lautan, pergi berpetualang dengan kapal laut.

Kamis, 21 Agustus 2014

Kala Itu

Lagu Bang Iwan mengalun lembut, Air Mata. ...jadikan telaga, agar tak usang mimpi panjang itu...begitu penggalan liriknya. Sejenak pikiranku menerawang ke peristiwa beberapa tahun lalu.

Adalah seorang kawan baik sewaktu mondok di ibu kota Banten yang saat itu menjadi teman seiring sejalan. Ia tinggal di daerah Ciputat. Sekolah menengah atas kami berbeda.

Selasa, 19 Agustus 2014

Selamat Jalan

Jika hidup kita adalah cerita dalam sebuah buku, cover depan adalah tanggal lahir, cover belakang adalah tanggal kematian. Setiap lembar halamannya, adalah apa yang kita lakukan setiap hari.

Kalimat di atas nampaknya pas dengan kejadian pagi ini. Jarum jam belum genap mengarah ke angka delapan pagi. Kurang dua puluh menit menurut jam HTC Desire-ku. Satu miskol nampak di pojok kiri atas. Sayang aku belum sempat membukanya karena Shuttle sudah tiba di depan Korlantas, dan aku harus turun.

Sebelum naik jembatan penyebrangan, aku sempatkan berhenti untuk membuka ponselku. Satu miskol dan satu pesan melalui whats app. Berita duka mampir pagi ini.

Adalah istri salah seorang pejabat di perusahaan tempatku bekerja meninggal pagi ini. Disebutkan pukul 7.30 di salah satu rumah sakit di Tasikmalaya. Innalillahi wainna ilaihi rojiun.

Aku sempat tertegun sejenak sebelum klik enter untuk mengirim whatsapp blast kepada karyawan lainnya. Rasanya, akhir-akhir ini aku sering kirim broadcast berita duka cita. Dan pagi ini aku kirim untuk kesekian kalinya.

Tentu saja ini merupakan tadzkiroh bagiku. Setiap orang sudah memiliki cover belakang dari buku hariannya.Hanya saja, kita tidak pernah tahu kapan takdir itu menghampiri.

Banyak yang tertipu dengan usia. Banyak yang tertipu dengan kesehatan. Sungguh, cover belakang tidak selalu berbanding lurus dengan keduanya. Kapan saja, kita tidak tahu.

Pesan yang bijak, jadilah orang yang cerdas. Dialah orang yang mengingat mati dan mempersiapkan bekalnya.

Semoga amal kebaikan almarhumah diterima di sisi Yang Maha Kuasa. Seperti pula niat kebaikannya untuk menunaikan ibadah haji yang q hitungan hari berangkat, pasti tercatat dengan tinta emas.

Untuk yang ditinggalkan, semoga diberi ketabahan. Banyak ibroh yang bisa diambil dari peristiwa ini. Mari isi buku harian kita dengan kebaikan, seraya berharap cover belakang kita khusnul khotimah.


Bermasyarakat



Sore ini aku meluncur ke Masjid Jami di komplek tempat tinggalku. Kebetulan aku menjadi salah satu pengurusnya. Dengan dikawal Si Kakak, tibalah aku di masjid dalam rangka rapat.

Seperti telah diduga, jam karet berlaku juga dalam rapat ini. Jadwal rapat jam empat, akhirmya baru dibuka empat puluh menit kemudian. Tapi, tidak apalah yang penting lancar.

Agenda rapat kali ini nampak berat, pembentukan majlis ta'lim tingkat RW. Pesertanya, ibu-ibu koordinator di tingkat RT. Jadilah aku paling ganteng berdua dengan Pak RW (Pak Ketua dan pengurus lainnya berhalangan).

Pembentukan majlis ta'lim yang definitif ini isu cukup strategis. Selama perumahan ini berdiri enam tahun silam, majlis ta'lim bersama ini urung terwujud. Seiring dengan selesainya pembangunan masjid jami dan situasi yang kondusif, rencana ini akhirnya menemukan takdirnya.

Tidak seperti rapat dewan yang sedang memilih ketua dewan atau ketua komisi yang saling sikut. Masing-masing ibu-ibu di sini saling mempersilahkan untuk menjadi koordinator. Satu sama lain enggan karena khawatir tidak dapat menjalankan amanah dengan baik.

Akhirnya, tidak perlu waktu cukup lama ketua terpilih. Alhamdulillah.

Bermasyarakat, adalah fitrah manusia. Seperti didengungkan diliteratur oleh Aristoteles bahwa manusia adalah makhluk sosial. Begitupun dengan sebagian besar orang yang senang hidup bermasyarakat. Walaupun tidak sedikit saat ini yang lebih memilih individualis. 

Almarhum ayahku memberi contoh, setidaknya saat ia meninggal dunia. Pelayat yang mengantar ke tempat peristirahatan terakhirnya mengular seolah tak berujung. Tentunya hal baik yang ditinggalkannya.

Pesannya secara tidak langsung, jadilah orang yang bermanfaat. Karena itulah sebaik-baiknya manusia.
 

Blog Archive

Blogroll

# Happy people is not a great man in every way, but one that can find simple things in life and give thanks diligent.
# Life is a game with obstacles encountered and when there is a chance, we have to seize it.

About