Jika hidup kita adalah cerita dalam sebuah buku, cover depan adalah tanggal lahir, cover belakang adalah tanggal kematian. Setiap lembar halamannya, adalah apa yang kita lakukan setiap hari.
Kalimat di atas nampaknya pas dengan kejadian pagi ini. Jarum jam belum genap mengarah ke angka delapan pagi. Kurang dua puluh menit menurut jam HTC Desire-ku. Satu miskol nampak di pojok kiri atas. Sayang aku belum sempat membukanya karena Shuttle sudah tiba di depan Korlantas, dan aku harus turun.
Sebelum naik jembatan penyebrangan, aku sempatkan berhenti untuk membuka ponselku. Satu miskol dan satu pesan melalui whats app. Berita duka mampir pagi ini.
Adalah istri salah seorang pejabat di perusahaan tempatku bekerja meninggal pagi ini. Disebutkan pukul 7.30 di salah satu rumah sakit di Tasikmalaya. Innalillahi wainna ilaihi rojiun.
Aku sempat tertegun sejenak sebelum klik enter untuk mengirim whatsapp blast kepada karyawan lainnya. Rasanya, akhir-akhir ini aku sering kirim broadcast berita duka cita. Dan pagi ini aku kirim untuk kesekian kalinya.
Tentu saja ini merupakan tadzkiroh bagiku. Setiap orang sudah memiliki cover belakang dari buku hariannya.Hanya saja, kita tidak pernah tahu kapan takdir itu menghampiri.
Banyak yang tertipu dengan usia. Banyak yang tertipu dengan kesehatan. Sungguh, cover belakang tidak selalu berbanding lurus dengan keduanya. Kapan saja, kita tidak tahu.
Pesan yang bijak, jadilah orang yang cerdas. Dialah orang yang mengingat mati dan mempersiapkan bekalnya.
Semoga amal kebaikan almarhumah diterima di sisi Yang Maha Kuasa. Seperti pula niat kebaikannya untuk menunaikan ibadah haji yang q hitungan hari berangkat, pasti tercatat dengan tinta emas.
Untuk yang ditinggalkan, semoga diberi ketabahan. Banyak ibroh yang bisa diambil dari peristiwa ini. Mari isi buku harian kita dengan kebaikan, seraya berharap cover belakang kita khusnul khotimah.
Selasa, 19 Agustus 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar