Masih tentang acara 17 Agustusan. Selepas upacara di Kota Nanas, aku langsung ngibrit pulang. Setidaknya empat agenda masih menanti hari itu. Menemani Si Kakak lomba di lingkungan perumahan, selepas dhuhur halal bihalal tingkat RT, selepas ashar futsal pakai sarung, selepas magrib silaturahmi ke kerabat. Pool....
Pada saat aku tiba di rumah, lomba sudah di mulai. Katanya Si Kakak dapat lomba memasukan kelereng. Pemberian hadiahnya nanti pada saat halal bihalal.
Saatnya tiba, selepas halal bihalal, Pak RT membagikan hadiah. Aku tidak hadir di arena pembagian hadiah karena sedang ngobrol dengan bapak-bapak lainnya sambil ngasuh si jagoan Fao.
Ketika aku cari, ternyata Si Kakak pulang duluan, sendiri. Lagi murung, kata istriku. Selidik punya selidik, ternyata dia tidak mendapatkan hadiah.
Baru selepas magrib aku sempat tanya Pak RT lewat pesan pendek. Rupanya, yang dapat hadiah hanya juara satu saja, dan Si Kakak juara kedua. Begitu penjelasan Pak RT sambil meminta maaf tidak seluruh anak mendapatkan hadiah.
Kalau kita coba kembali ke dunia anak-anak, mendapatkan hadiah dari apa yang kita perjuangkan adalah sesuatu yang membanggakan. Bukan karena nilai hadiahnya. Toh tidak seberapa juga.
Dan sudah menjadi sifat anak-anak ingin mendapatkan yang sama dengan anak lainnya. Terkadang orang tuanya yang akhirnya dibuat repot dengan memberikan penjelasan.
Biasanya, trik yang digunakan untuk lomba anak-anak seperti ini adalah dengan menyediakan bingkisan atau hadiah yang semua anak dapat. Untuk pemenang, bisa diberi tambahan atau dibedakan isinya. Memang perlu juga untuk menanamkan sifat kompetisi berikut rewardnya bagi pemenang. Anak-anak akan terpacu dan diberi pengertian untuk siap menang atau kalah.
Akhirnya, Si Kakak mendapatkan hadiah keesokan harinya. Hadiah menjadi anak rajin dari umminya.
Selasa, 19 Agustus 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar