Bukan aku bermaksud untuk membandingkan. Bukan pula merasa diri paling baik. Tapi ini semua hanya sekedar mencurahkan kegelisahan saja.
Begini ceritanya. Setiap sholat Jumat di gedung tempat kantorku berada, pada saat khotib naik mimbar selalu menjadi perhatianku. Siapakah gerangan hari itu yang bertugas menjadi khotib dan imam.
Beberapa kali, aku merasa kecewa. Dengan jumlah jamaah yang sangat banyak, dibanding sholat jamaah lima waktu lainnya, namun kualitas bacaan imamnya di bawah standar.
'Paket' imam merangkap khotib seperti memenjara untuk tetap disatu paketkan. Dalam prakteknya, ada yang bagus ketika ceramah, namun buruk ketika mengimami. Begitupun sebaliknya. Tapi aku lebih memilih imam yang bacaan sholatnya fasih ketimbang yang jago ceramah tapi bacaan Quran-nya belepotan.
Aku gembira ketika suatu Jumat, saat pengurus masjid mengumumkan petugas jumatan. Disebutkan bahwa di nama imamnya terdapat embel-embel Al Hafiz. Benar saja, ceramahnya cukup oke, tapi bacaan Al Qurannya lebih oke banget.
Keprihatinan akan kualitas bacaan Al Quran imam ini telah lama didengungkan. Bahkan beberapa lembaga banyak melakukan program pelatihan untuk khotib.
Bukan apa-apa, imam membawa gerbong jamaah di samping kemampuan bacaan sholat menjadi kriteria utama syarat seorang imam.
Jadi bagaimana? Alangkah baiknya jika memang bacaannya masih belepotan sesi imam diserahkan ke pengurus masjid setempat saja yang bacaannya lebih baik. Bukan aib untuk mengakui kekurangan tersebut sambil berusaha memperbaikinya. (jjs)
Jumat, 26 September 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar