Kemerdekaan itu, naik motor di pagi buta menempuh jarak 54 + 12 kilometer untuk upacara. Kemerdekaan itu, bangun dinihari dan berangkat jam tiga pagi menempuh 76 + 54+ 12 kilometer untuk upacara.
Itulah yang terjadi pada 17Agustus tahun ini. Aku berangkat dari rumah naik motor, lebih cepat dan mengantisipasi kemacetan akibat pawai warga sepanjang jalur Sadang - Subang. Sementara rekan-rekan lainnya ada yang berangkat dari Jakarta.
Perjuangan untuk upacara, kalau boleh disebut seperti itu, sepertinya tidak ada apa-apanya jika dibandingkan para pejuang kemerdekaan terdahulu. Mari kita berkaca pada perjuangan saat agresi Belanda pertama.
Agresi militer I ini terjadi pada 21 Juli 1947. Belanda telah merobek-robek perjanjian Linggarjati. Syahwat menjajahnya telah merasuki para tentara bule itu. Kota-kota utama Indonesia segera berjatuhan ke tangan penjajah akibat serangan mendadak dan tidak berimbangnya persenjataan.
Menurut catatan sejarah, di Jawa Barat hanya Keresidenan Banten sajas yang luput dari cengkraman Belanda dalam agresi pertama ini.
Dunia internasional bereaksi. Melalui PBB, turunlah resolusi agar konflik dihentikan. Melalui Komisi Tiga Negara (Australia, Amerika, Belanda), pada 6 Desember 1947 mulailah diadakan perundingan antara Indonesia - Belanda di atas kapal perang Amerika VSS Renville.
Perundingan berjalan lambat, sampai akhirnya pada 17 Januari 1948 tercapailah kesepakatan dan naskah perjanjian Renville ditandatangani. Salah satu isinya adalah keharusan bagi pasukan-pasukan RI untuk meninggalkan daerah-daerah kantong.
Persiapan hijrah ini telah menyibukkan Divisi Siliwangi di Jawa Barat. Ada sebagian kecil dari pasukan Siliwangi yang menyusup dengan berjalan kaki ke Banten menggabungkan diri dengan Brigade l Tirtayasa.
Mereka meninggalkan daerah mereka karena menghormati perjanjian dan demi RI. Jangan bayangkan dulu ada kereta api atau bis ber-AC seperti sekarang ini. Berjalan kaki, bro. Terusir dari kampung sendiri. Sakitnya itu di sini (sambil memegang hati. bisa ya hati dipegang?)
Kembali ke awal, jadi kalau aku hanya sekedar bangun pagi di hari libur untuk upacara itu tidak ada apa-apanya. Jasmerah, jangan sekali-kali melupakan sejarah.
Senin, 18 Agustus 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar